Judul: Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia [jilid 1: Agustus 1945 - Maret 1946]
Penulis: Harry A. Poeze
Penerbit: Yayasan Obor
Cover: Soft
Bahasa: Indoensia
Harga: Rp. 135.000
Tan Malaka [ 1894-1949] pada tahun 1942 kembali ke Indonesia dengan menggunakan nama samaran sesudah dua puluh tahun mengembara. Ketika itu Jepang sudah menduduki Indonesia. Sebagai revolusioner buangan ia bekerja untuk Komintern [organisasi komunis revolusioner internasional] dan
pasca 1927 memimpin Partai Repoeblik Indonesia yang ilegal dan antikolonial. Karena represi pemerintah Belanda dalam tahun 1930 partai itu menjadi tidak bisa bergerak. Ia tinggal di sebuah kampung kecil di jakarta dan menyibukkan diri dengan menulis karangan teoritis yang besar. Ketika Jepang nyaris menemukan jejaknya, ia menjadi mandor buruh tambang batu bara di daerah terpencil di pantai selatan Pulau Jawa. Berpegang pada prinsipnya, ia mengorganisasi para pendukungnya di dalam sebuah jaringan radikal yang memperjuangkan Indonesia merdeka.
pasca 1927 memimpin Partai Repoeblik Indonesia yang ilegal dan antikolonial. Karena represi pemerintah Belanda dalam tahun 1930 partai itu menjadi tidak bisa bergerak. Ia tinggal di sebuah kampung kecil di jakarta dan menyibukkan diri dengan menulis karangan teoritis yang besar. Ketika Jepang nyaris menemukan jejaknya, ia menjadi mandor buruh tambang batu bara di daerah terpencil di pantai selatan Pulau Jawa. Berpegang pada prinsipnya, ia mengorganisasi para pendukungnya di dalam sebuah jaringan radikal yang memperjuangkan Indonesia merdeka.
Menjelang kapitulasi Jepang ia diutus ke Jakarta. Ia tidak diberi peranan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, tokoh Tan Malaka yang legendaris ini berkenalan dengan pemimpin-pemimpin Republik Indonesia: Soekarno, Hatta, dan Sjahrir. Ia memberi kesan yang mendalam dan segera terlibat dalam pembentukan kebijakan di tingkat tertinggi. tetapi segera pula mereka tidak sejalan. Tan Malaka menghendaki sikap tak mau berdamai dengan Belanda yang ingin memulihkan kekuasaan kolonialnya. Ia memilih jalan 'perjuangan' dan bukan jalan 'diplomasi'. Ide-idenya dituangkan ke dalam berbagai risalah. Januari 1946 Tan Malaka mendirikan Persatoean Perdjoeangan yang dalam beberapa bulan menjadi alternatif dahsyat terhadap pemernitah moderat. Dalam konfrontasi di Parlemen ia kalah dan beberapa minggu kemudia Tan Malaka dan sejumlah pengikutnya ditangkat dan ditanpa proses sama sekali -- dari Maret 1946 sampai Desember `948.
Jilid pertama biografi Tan Malaka menggambarkan secara rinci kembalinya Tan Malaka, yang dalam wakti singkat bagaikan meteor di tengah kehidupan politik INdonesia. Buku ini memberi banyak ruang bagi hubungan sekawan pimpinan Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan Amir Sjafroeddin serta gerakan komunis-sosialis yang ber[engaruh dan yang menuduh Tan Malaka sebagai penganut Trotsky.